Lebih dari sekadar kegiatan bersama, gotong royong bagi masyarakat Sasak merupakan pilar fundamental dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya mereka. Tradisi ini telah terpatri turun-temurun, menjadi perekat sosial yang kuat dan menjaga ketahanan komunitas di tengah dinamika zaman. Artikel ini akan mengupas tuntas tradisi gotong royong dalam kehidupan masyarakat Sasak, mulai dari manifestasinya dalam berbagai aktivitas hingga perannya dalam menjaga kelangsungan hidup bermasyarakat.
Gotong Royong: Lebih dari Sekadar Kerja Sama
Gotong royong dalam konteks masyarakat Sasak bukanlah sekadar kerja sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Ia merupakan manifestasi dari nilai-nilai sosial yang mendalam, seperti persaudaraan (keakraban), kebersamaan (rukun), dan saling membantu (tolong-menolong). Prinsip dasar gotong royong ini berakar pada falsafah hidup masyarakat Sasak yang menekankan pentingnya hubungan sosial yang harmonis dan saling mendukung. Konsep ini tertanam kuat dalam sistem nilai dan kepercayaan mereka, sehingga gotong royong bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas dan jati diri mereka.
Berbeda dengan konsep kerja sama modern yang seringkali bersifat transaksional dan berbasis pada perjanjian tertulis, gotong royong masyarakat Sasak lebih menekankan pada ikatan sosial dan rasa tanggung jawab kolektif. Partisipasi dalam kegiatan gotong royong bukan didorong oleh imbalan materi, tetapi oleh kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan solidaritas sosial. Seseorang yang ikut bergotong royong merasa telah berkontribusi pada kesejahteraan komunitas dan mendapatkan kepuasan batin yang tak ternilai.
Manifestasi Gotong Royong dalam Berbagai Aktivitas
Tradisi gotong royong dalam masyarakat Sasak terwujud dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat rutin maupun insidental. Beberapa contohnya antara lain:
-
Nyambut Manten (Pernikahan): Pernikahan merupakan salah satu momen penting yang melibatkan gotong royong secara besar-besaran. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaan pesta, seluruh anggota masyarakat, khususnya keluarga dan kerabat, bahu-membahu membantu. Ada yang menyiapkan makanan, dekorasi, mengatur tempat duduk, hingga melayani tamu. Kegiatan ini bukan hanya meringankan beban keluarga yang mengadakan pernikahan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antar anggota masyarakat.
-
Ngaji (Belajar Agama): Kegiatan keagamaan, seperti pengajian dan sholat berjamaah, juga melibatkan semangat gotong royong. Masyarakat secara bersama-sama membangun dan merawat masjid atau mushola, serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan lainnya. Gotong royong dalam konteks keagamaan ini memperkuat ikatan spiritual dan memperkokoh rasa persaudaraan dalam komunitas.
-
Mbangun Bale (Membangun Rumah): Membangun rumah di masyarakat Sasak selalu melibatkan gotong royong. Tetangga dan kerabat berpartisipasi dalam berbagai tahapan pembangunan, mulai dari penggalian tanah, pembuatan pondasi, hingga finishing. Kegiatan ini menunjukkan solidaritas sosial yang tinggi dan mencerminkan rasa kepedulian antar sesama. Proses pembangunan rumah bukan hanya sekadar membangun fisik bangunan, tetapi juga membangun ikatan sosial yang kuat di antara anggota masyarakat.
-
Ngurus Sawah (Mengolah Sawah): Aktivitas pertanian, khususnya pengolahan sawah, merupakan lahan subur bagi terwujudnya gotong royong. Mulai dari menanam, merawat, hingga memanen padi, dilakukan secara bersama-sama. Kegiatan ini tidak hanya mempercepat proses pekerjaan, tetapi juga menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan di antara para petani. Pembagian hasil panen pun dilakukan secara adil dan merata, sesuai dengan kontribusi masing-masing.
-
Gotong Royong Bencana: Ketika terjadi bencana alam seperti banjir atau gempa bumi, gotong royong menjadi manifestasi solidaritas sosial yang paling nyata. Masyarakat bahu-membahu membantu korban bencana, membersihkan puing-puing bangunan, dan memberikan bantuan logistik. Dalam situasi darurat seperti ini, gotong royong menjadi penyelamat dan perekat sosial yang sangat penting.
Peran Gotong Royong dalam Ketahanan Sosial Masyarakat Sasak
Tradisi gotong royong memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga ketahanan sosial masyarakat Sasak. Beberapa perannya antara lain:
-
Memperkuat Ikatan Sosial: Gotong royong mempererat hubungan sosial antar anggota masyarakat. Melalui kegiatan bersama, mereka saling mengenal, saling membantu, dan saling menghargai. Hal ini menciptakan ikatan sosial yang kuat dan harmonis.
-
Menciptakan Rasa Kebersamaan: Gotong royong menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara anggota masyarakat. Mereka merasa menjadi bagian dari komunitas yang saling mendukung dan bertanggung jawab satu sama lain.
-
Menjaga Ketertiban dan Keamanan: Gotong royong juga berperan dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan. Masyarakat secara bersama-sama menjaga keamanan lingkungan mereka dan menyelesaikan masalah-masalah sosial yang muncul.
-
Menjaga Kelestarian Budaya: Tradisi gotong royong merupakan bagian integral dari budaya masyarakat Sasak. Dengan melestarikan tradisi ini, mereka juga menjaga kelestarian budaya dan identitas mereka.
-
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat: Gotong royong dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam bidang ekonomi. Melalui kerja sama, mereka dapat menyelesaikan pekerjaan yang sulit dan mencapai hasil yang lebih baik.
Ancaman dan Upaya Pelestarian Gotong Royong
Meskipun memiliki peran yang sangat penting, tradisi gotong royong di masyarakat Sasak juga menghadapi beberapa ancaman, antara lain:
-
Modernisasi dan Urbanisasi: Perkembangan zaman dan urbanisasi dapat mengurangi partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong. Orang-orang lebih individualistis dan cenderung mengandalkan jasa profesional.
-
Perubahan Pola Pikir: Perubahan pola pikir yang lebih individualistis dan materialistis dapat melemahkan semangat gotong royong. Orang-orang lebih mengejar keuntungan pribadi daripada kepentingan bersama.
-
Kurangnya Penerus: Kurangnya perhatian terhadap pendidikan nilai-nilai gotong royong kepada generasi muda dapat mengancam kelestarian tradisi ini.
Untuk menjaga kelestarian gotong royong, diperlukan beberapa upaya, antara lain:
-
Pendidikan Nilai-Nilai Gotong Royong: Pendidikan nilai-nilai gotong royong perlu ditanamkan sejak dini kepada generasi muda melalui pendidikan formal maupun informal.
-
Sosialisasi dan Pembinaan: Sosialisasi dan pembinaan mengenai pentingnya gotong royong perlu dilakukan secara terus-menerus kepada masyarakat.
-
Pengembangan Program Gotong Royong: Pengembangan program gotong royong yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan zaman dapat meningkatkan partisipasi masyarakat.
-
Dukungan Pemerintah: Dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan dan program yang mendukung pelestarian gotong royong sangat penting.
Kesimpulannya, gotong royong merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Sasak. Tradisi ini tidak hanya berperan dalam menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial, menjaga ketahanan sosial, dan melestarikan budaya. Upaya pelestarian gotong royong harus terus dilakukan agar tradisi ini tetap lestari dan dapat memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Gotong royong bukan sekadar tradisi masa lalu, tetapi juga modal sosial yang sangat penting untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dengan menjaga dan mengembangkan tradisi ini, masyarakat Sasak dapat menghadapi tantangan zaman dengan lebih kuat dan tetap mempertahankan identitas budayanya.