Laut bukan sekadar sumber penghidupan, melainkan juga tempat pemujaan, sumber kehidupan spiritual, dan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya mereka. Salah satu manifestasi ikatan erat ini adalah tradisi doa bersama di laut, sebuah ritual yang sarat makna dan telah diwariskan turun-temurun selama bergenerasi. Tradisi ini bukan sekadar rutinitas, melainkan cerminan filosofi hidup yang harmonis antara manusia dan alam, sebuah perpaduan unik antara kepercayaan lokal dan ajaran Islam yang telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Doa bersama di laut, yang sering disebut dengan berbagai sebutan lokal tergantung wilayahnya, biasanya dilakukan sebelum dan sesudah melaut. Sebelum berangkat, para nelayan akan berkumpul di pantai, mengadakan doa bersama memohon keselamatan dan keberkahan dalam mencari nafkah. Mereka memohon agar perjalanan melaut lancar, terhindar dari bahaya badai, ombak besar, dan kecelakaan laut lainnya. Doa ini dipimpin oleh seorang tokoh agama atau sesepuh kampung yang dianggap memiliki pemahaman agama dan kearifan lokal yang mendalam. Suasana khusyuk dan penuh harap menyelimuti para nelayan yang bersimpuh di tepi pantai, mengucapkan doa-doa dengan penuh kesungguhan.
Setelah kembali dari melaut, doa bersama kembali dilakukan sebagai bentuk syukur atas hasil tangkapan dan keselamatan yang telah diberikan. Jika hasil tangkapan melimpah, rasa syukur mereka semakin meluap. Mereka bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT melalui laut, dan menyadari bahwa keberhasilan mereka bukan semata-mata karena kemampuan mereka sendiri, tetapi juga berkat rahmat dan karunia-Nya. Doa syukur ini juga diiringi dengan selamatan atau kenduri kecil sebagai wujud rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi doa bersama di laut ini memiliki beberapa aspek penting yang perlu dikaji lebih dalam. Pertama, aspek spiritualnya sangat menonjol. Doa-doa yang dipanjatkan merupakan ungkapan kepercayaan dan kebergantungan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka percaya bahwa laut adalah ciptaan Tuhan yang harus dihormati dan dijaga kelestariannya. Doa-doa tersebut mengandung permohonan perlindungan, keselamatan, dan keberkahan, menunjukkan kerendahan hati dan ketawaduan mereka di hadapan Sang Pencipta.
Kedua, tradisi ini mencerminkan kearifan lokal yang telah teruji oleh waktu. Doa bersama bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan solidaritas antar nelayan. Mereka saling mendukung dan berbagi satu sama lain, membentuk komunitas yang kuat dan saling mengandalkan. Dalam situasi sulit, mereka saling membantu dan menghibur, menunjukkan rasa empati dan kepedulian yang tinggi. Kearifan lokal ini juga terlihat dalam pemilihan waktu dan tempat pelaksanaan doa bersama, yang disesuaikan dengan kondisi alam dan siklus kehidupan masyarakat nelayan.
Ketiga, tradisi ini memiliki aspek sosial yang signifikan. Doa bersama menjadi ajang silaturahmi dan memperkuat ikatan sosial di antara para nelayan dan masyarakat pesisir. Acara ini seringkali diiringi dengan kegiatan sosial lainnya, seperti berbagi makanan, bercerita, dan bertukar informasi tentang kondisi laut dan hasil tangkapan. Hal ini memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas, membangun kepercayaan dan saling pengertian di antara mereka.
Keempat, aspek ekologis juga tersirat dalam tradisi ini. Doa bersama mengandung pesan tentang pentingnya menjaga kelestarian laut. Dengan memohon keselamatan dan keberkahan, para nelayan secara tidak langsung menunjukkan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut. Mereka menyadari bahwa laut yang lestari akan memberikan hasil tangkapan yang melimpah, sedangkan kerusakan lingkungan akan berdampak buruk bagi kehidupan mereka.
Namun, tradisi doa bersama di laut ini juga menghadapi tantangan di era modern. Perkembangan teknologi perikanan dan globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan nelayan Sasak. Penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan, pencurian ikan, dan persaingan yang tidak sehat mengancam kelestarian sumber daya laut dan kehidupan nelayan. Perubahan iklim juga menimbulkan ancaman berupa badai dan gelombang tinggi yang semakin sering terjadi.
Oleh karena itu, upaya pelestarian tradisi doa bersama di laut sangat penting. Tradisi ini bukan hanya sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan, tetapi juga sebagai nilai-nilai luhur yang dapat diimplementasikan dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi perlu bekerja sama untuk mendukung pelestarian tradisi ini, sekaligus memberikan edukasi dan pelatihan kepada nelayan tentang pengelolaan sumber daya laut yang ramah lingkungan.
Pelestarian tradisi doa bersama juga dapat diintegrasikan dengan program-program pembangunan berkelanjutan. Misalnya, melalui program pemberdayaan masyarakat pesisir yang berfokus pada peningkatan ekonomi nelayan tanpa merusak lingkungan. Dengan demikian, tradisi doa bersama tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga sebagai bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Dalam konteks yang lebih luas, tradisi doa bersama di laut oleh nelayan Sasak merupakan contoh nyata bagaimana masyarakat lokal dapat membangun hubungan harmonis dengan alam. Mereka tidak melihat alam sebagai objek eksploitasi, tetapi sebagai sumber kehidupan yang harus dihormati dan dijaga kelestariannya. Tradisi ini menjadi inspirasi bagi masyarakat lain untuk membangun hubungan yang lebih berkelanjutan dengan lingkungan, sehingga dapat tercipta keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam. Pelestarian tradisi ini juga penting dalam menjaga keberagaman budaya Indonesia, yang merupakan kekayaan bangsa yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Ke depan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tradisi doa bersama di laut ini, termasuk pemetaan praktiknya di berbagai wilayah pesisir Lombok, dokumentasi ritualnya secara detail, serta analisis dampaknya terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan nelayan Sasak. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan program pelestarian dan pemberdayaan masyarakat pesisir yang berkelanjutan, sehingga tradisi doa bersama di laut tetap lestari dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Dengan demikian, kecerdasan lokal dan kearifan tradisional dapat diintegrasikan dengan perkembangan zaman, membentuk sinergi yang positif antara budaya, agama, dan pembangunan berkelanjutan. Tradisi doa bersama di laut bukan sekadar ritual, melainkan sebuah filosofi hidup yang mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati alam dan membangun hubungan yang harmonis dengan Sang Pencipta.