Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid ini merupakan saksi bisu peradaban dan dinamika sosial budaya masyarakat Lombok Timur selama berabad-abad. Keberadaannya menjadi simbol penting identitas keagamaan dan kearifan lokal yang hingga kini tetap lestari. Artikel ini akan mengupas sejarah singkat Masjid Tua Rembiga, mulai dari asal-usul pembangunannya, arsitektur unik yang mencerminkan perpaduan budaya, hingga perannya dalam kehidupan masyarakat setempat.
Asal-Usul dan Periode Pembangunan:
Menentukan tanggal pasti pembangunan Masjid Tua Rembiga masih menjadi perdebatan para sejarawan dan peneliti. Kurangnya dokumentasi tertulis yang akurat dari masa lalu menjadi tantangan utama dalam mengungkap sejarahnya secara rinci. Namun, berdasarkan sejumlah sumber lisan turun-temurun dari generasi ke generasi, serta analisis arsitektur bangunan, diperkirakan masjid ini telah berdiri sejak abad ke-18 Masehi, bahkan mungkin lebih awal lagi. Beberapa sumber menyebutkan kemungkinan pembangunannya berkait erat dengan penyebaran Islam di Lombok Timur pada masa itu.
Proses pembangunan masjid kemungkinan berlangsung secara bertahap. Tidak ada catatan tertulis yang menjelaskan secara detail siapa pendiri atau tokoh kunci yang berperan dalam pembangunannya. Namun, cerita rakyat dan riwayat lisan menyebutkan bahwa pembangunan masjid ini melibatkan peran aktif masyarakat setempat, dengan gotong royong dan semangat kebersamaan yang tinggi. Material bangunan yang digunakan pun berasal dari sumber daya alam lokal, seperti kayu jati, batu bata merah, dan atap sirap. Hal ini menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Periode pembangunan yang bertahap ini juga terlihat dari perbedaan gaya arsitektur pada beberapa bagian bangunan. Beberapa bagian menunjukkan ciri khas arsitektur tradisional Lombok, sementara bagian lain menampakkan pengaruh dari gaya arsitektur Islam dari luar Lombok, menunjukkan proses adaptasi dan akulturasi budaya yang terjadi selama bertahun-tahun.
Arsitektur Unik Perpaduan Budaya:
Masjid Tua Rembiga memiliki arsitektur yang unik dan menarik, yang mencerminkan perpaduan harmonis antara budaya lokal Lombok dan unsur-unsur arsitektur Islam. Bangunan utama masjid berbentuk persegi panjang dengan atap berbentuk limasan yang khas Lombok. Atap ini terbuat dari sirap kayu yang tersusun rapi, memberikan kesan tradisional yang kuat. Di bagian puncak atap terdapat ornamen ukiran kayu yang sederhana namun indah, menunjukkan sentuhan seni lokal yang halus.
Dinding masjid terbuat dari batu bata merah yang disusun dengan teknik tradisional. Tidak ditemukan penggunaan semen seperti pada bangunan modern. Teknik penyusunan batu bata ini menunjukkan keahlian para perajin bangunan tempo dulu. Beberapa bagian dinding dihiasi dengan ukiran-ukiran sederhana, menambah nilai estetika bangunan.
Salah satu ciri khas Masjid Tua Rembiga adalah keberadaan serambi atau beranda yang luas di bagian depan. Serambi ini berfungsi sebagai tempat beristirahat dan bersosialisasi bagi jamaah sebelum dan setelah melaksanakan salat. Di serambi ini, jamaah dapat bercengkrama dan bertukar informasi. Hal ini menunjukkan fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial masyarakat.
Mimbar masjid terbuat dari kayu jati yang kokoh dan berukiran sederhana. Mimbar ini merupakan tempat khotbah dan ceramah yang disampaikan oleh imam atau penceramah. Posisi mimbar yang strategis di tengah ruangan menunjukkan pentingnya khotbah dalam kegiatan keagamaan di masjid.
Tidak seperti masjid-masjid modern yang biasanya memiliki menara, Masjid Tua Rembiga tidak memiliki menara. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan teknologi dan sumber daya pada masa pembangunannya. Namun, ketiadaan menara tidak mengurangi nilai historis dan keagamaan masjid ini.
Peran Masjid Tua Rembiga dalam Kehidupan Masyarakat:
Masjid Tua Rembiga tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah, tetapi juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, dan pendidikan masyarakat Rembiga dan sekitarnya. Sejak berdirinya, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, seperti salat berjamaah, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya. Masjid ini juga menjadi tempat untuk menyelenggarakan berbagai acara penting, seperti pernikahan, khitanan, dan acara-acara adat lainnya.
Pada masa lalu, masjid ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan agama. Para ulama dan tokoh agama setempat mengajarkan agama Islam kepada masyarakat di masjid ini. Pendidikan agama yang diberikan mencakup berbagai aspek, mulai dari aqidah, fiqih, hingga akhlak. Hal ini menunjukkan peran masjid sebagai lembaga pendidikan non-formal yang penting dalam masyarakat.
Masjid Tua Rembiga juga berperan sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah bagi masyarakat. Para tokoh masyarakat dan pemimpin adat seringkali mengadakan pertemuan dan musyawarah di masjid ini untuk membahas berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini menunjukkan peran masjid sebagai pusat kumpul dan tempat menyelesaikan masalah di masyarakat.
Upaya Pelestarian:
Menyadari pentingnya Masjid Tua Rembiga sebagai warisan sejarah dan budaya, berbagai upaya pelestarian telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Pemugaran dan renovasi dilakukan secara berkala untuk menjaga keutuhan bangunan. Namun, pemugaran dan renovasi dilakukan dengan hati-hati, dengan tetap mempertahankan keaslian arsitektur dan material bangunan.
Selain itu, pemerintah daerah juga telah menetapkan Masjid Tua Rembiga sebagai salah satu situs sejarah dan budaya yang dilindungi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan dan menjaga kelestarian masjid untuk generasi mendatang. Upaya pelestarian juga dilakukan melalui pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan Masjid Tua Rembiga sebagai warisan budaya.
Kesimpulan:
Masjid Tua Rembiga merupakan bangunan bersejarah yang sangat penting bagi masyarakat Lombok Timur. Keberadaannya sebagai saksi bisu perjalanan Islam di Lombok Timur, serta arsitektur unik yang mencerminkan perpaduan budaya lokal dan Islam, menjadikan masjid ini sebagai aset budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat patut diapresiasi, dan diharapkan upaya ini akan terus berlanjut agar Masjid Tua Rembiga tetap berdiri kokoh dan menjadi kebanggaan masyarakat Lombok Timur untuk generasi mendatang. Lebih dari sekedar bangunan tua, Masjid Tua Rembiga adalah cerminan sejarah, budaya, dan keimanan masyarakat Lombok Timur yang patut dipelajari dan dihargai. Melalui penelitian dan dokumentasi yang lebih mendalam, diharapkan sejarah lengkap Masjid Tua Rembiga dapat diungkap dan dipahami secara lebih utuh. Dengan demikian, warisan berharga ini dapat terus diwariskan kepada generasi selanjutnya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan kebanggaan masyarakat Lombok Timur.