Home / Travel / Pengalaman Menginap Di Homestay Tradisional Sasak

Pengalaman Menginap Di Homestay Tradisional Sasak

Pengalaman Menginap Di Homestay Tradisional Sasak

Kali ini, saya tak hanya ingin menikmati pantai pasir putihnya yang memesona atau mendaki gunung Rinjani yang gagah, tapi ingin merasakan pengalaman yang lebih autentik: menginap di homestay tradisional Sasak. Keinginan itu akhirnya terwujud ketika saya menghabiskan beberapa hari di sebuah homestay kecil di Desa Sade, Lombok Tengah. Pengalaman itu jauh lebih bermakna daripada sekadar menginap di hotel bintang lima.

Desa Sade, dengan rumah-rumah adatnya yang unik dengan dinding anyaman bambu dan atap ijuk, telah lama menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Namun, menginap di tengah-tengah desa ini, merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak, memberikan perspektif yang berbeda dan jauh lebih mendalam. Homestay yang saya pilih, bernama "Rumah Kayu," bukanlah homestay mewah dengan fasilitas modern yang lengkap. Justru kesederhanaannya inilah yang memikat.

Sesampainya di Desa Sade, saya disambut oleh Pak Usman, pemilik Rumah Kayu, dengan senyum ramah dan hangat. Rumah Kayu, seperti namanya, adalah rumah tradisional Sasak yang terbuat dari kayu dan bambu. Lantainya terbuat dari tanah liat yang dipoles hingga rata, memberikan sensasi dingin dan alami di kaki. Bau harum kayu dan tanah basah menyambut saya, menciptakan aroma khas pedesaan yang menenangkan. Rumah ini terdiri dari satu kamar tidur utama dengan tempat tidur yang sederhana namun nyaman, dan sebuah ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang makan.

Pengalaman Menginap Di Homestay Tradisional Sasak

Kamar tidur utama, meskipun sederhana, terasa nyaman dan bersih. Kasur yang empuk dan seprai bersih membuat saya langsung merasa betah. Tidak ada televisi atau pendingin ruangan, hanya jendela-jendela kecil yang memungkinkan angin sepoi-sepoi masuk dan memberikan sirkulasi udara yang alami. Malam hari, suara jangkrik dan kicauan burung malam menjadi pengantar tidur yang menenangkan, jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Di ruang tamu, terdapat beberapa kursi anyaman bambu dan sebuah meja rendah. Di sudut ruangan, terdapat sebuah tungku kayu yang masih digunakan untuk memasak. Melihat tungku itu, saya langsung teringat akan ketahanan dan kesederhanaan masyarakat Sasak dalam memanfaatkan sumber daya alam. Pak Usman, dengan ramah, menjelaskan tentang berbagai peralatan dapur tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu. Ia juga memperlihatkan cara membuat kopi khas Lombok yang diseduh dengan cara tradisional.

Selama menginap di Rumah Kayu, saya berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat Desa Sade. Mereka sangat ramah dan terbuka. Anak-anak bermain dengan riang di sekitar rumah, sementara orang dewasa sibuk dengan aktivitas sehari-hari, seperti menenun kain tenun ikat khas Sasak atau mengolah hasil bumi. Saya diajak untuk ikut serta dalam beberapa aktivitas mereka, seperti belajar menenun kain tenun ikat. Meskipun saya tidak mahir, pengalaman belajar menenun itu sangat berharga. Saya merasakan betapa rumit dan teliti proses pembuatan kain tenun ikat, yang membutuhkan keuletan dan kesabaran yang luar biasa.

Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika saya diajak Pak Usman untuk makan malam bersama keluarganya. Kami makan lesehan di lantai, dengan hidangan sederhana namun lezat. Ada sayur mayur, ikan bakar, dan nasi putih hangat. Semua bahan makanan berasal dari kebun Pak Usman sendiri, terasa segar dan alami. Selama makan malam, kami berbincang-bincang tentang kehidupan sehari-hari di Desa Sade, adat istiadat masyarakat Sasak, dan berbagai hal lainnya. Percakapan itu terasa sangat intim dan hangat, seperti berbincang dengan keluarga sendiri.

Di luar aktivitas sehari-hari, saya juga menyempatkan diri untuk menjelajahi Desa Sade. Saya berjalan-jalan menyusuri jalan setapak yang sempit, mengamati rumah-rumah adat Sasak yang unik dengan arsitektur tradisional yang khas. Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang kokoh, sementara atapnya terbuat dari ijuk yang tahan lama. Rumah-rumah itu tertata rapi dan bersih, mencerminkan kehidupan masyarakat yang teratur dan harmonis.

Saya juga mengunjungi beberapa rumah penduduk untuk melihat proses pembuatan kain tenun ikat. Para penenun dengan cekatan memainkan alat tenun tradisional mereka, menciptakan motif-motif yang indah dan rumit. Mereka dengan sabar menjelaskan proses pembuatan kain tenun ikat, mulai dari pemilihan benang hingga pewarnaan alami. Pengalaman ini membuka mata saya tentang betapa kayanya budaya dan seni masyarakat Sasak.

Selain itu, saya juga menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di sekitar Desa Sade, seperti air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep. Keindahan alam Lombok yang masih asri benar-benar memukau. Air terjun yang menawan dan pemandangan alam yang hijau menyegarkan mata dan pikiran.

Menginap di homestay tradisional Sasak memberikan pengalaman yang jauh berbeda dari menginap di hotel. Tidak ada fasilitas mewah, tidak ada layanan kamar 24 jam, namun ada keramahan, keakraban, dan kearifan lokal yang tak ternilai harganya. Saya belajar banyak hal tentang budaya Sasak, tentang kehidupan sederhana namun bermakna, dan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan budaya.

Selama beberapa hari menginap di Rumah Kayu, saya merasa benar-benar terhubung dengan alam dan masyarakat setempat. Saya merasakan kedamaian dan ketenangan yang sulit didapatkan di kota besar. Saya pulang dengan hati yang penuh dengan kenangan indah dan pelajaran berharga. Menginap di homestay tradisional Sasak bukan hanya sekadar berwisata, tetapi juga sebuah pengalaman yang memperkaya jiwa dan pikiran. Saya sangat merekomendasikan pengalaman ini bagi siapa saja yang ingin merasakan keindahan Lombok yang autentik dan mengalami kearifan lokal yang masih terjaga dengan baik. Semoga homestay-homestay tradisional seperti Rumah Kayu terus lestari dan menjadi bagian penting dari pariwisata berkelanjutan di Lombok. Ini adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya dan harus dijaga untuk generasi mendatang. Pengalaman ini telah mengubah cara pandang saya tentang berwisata, bukan lagi sekedar mencari tempat yang mewah, tetapi mencari pengalaman yang bermakna dan berkesan. Dan Lombok, dengan homestay tradisionalnya, telah memberikan saya itu semua.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *