), menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang ingin merasakan kehidupan seorang petani. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, desa ini masih mempertahankan tradisi pertaniannya yang kaya, dengan sawah-sawah menghijau sejauh mata memandang dan udara segar yang menyegarkan paru-paru. Selama satu hari, saya berkesempatan untuk menyelami dunia pertanian di Batujai, merasakan kerasnya kerja keras, dan menikmati keindahan alam yang luar biasa.
Pagi hari di Batujai dimulai sebelum matahari terbit. Jam 5 pagi, Pak Karto, petani setempat yang ramah dan berpengalaman, sudah menunggu di depan rumahnya. Udara masih dingin, embun pagi masih menempel di daun-daun padi yang menghijau. Pak Karto, dengan senyum khas petani yang telah teruji waktu, menyambut saya dengan secangkir kopi hangat dan sepiring pisang goreng—hidangan sederhana namun sarat makna, sebagai simbol keramahan dan energi untuk memulai hari yang panjang.
Hari itu, saya akan diajak untuk mengikuti rutinitas pertanian Pak Karto. Pertama, kami menuju ke sawah miliknya yang terletak tak jauh dari rumahnya. Jalan setapak yang kami lewati masih berupa tanah, berkelok-kelok di antara hamparan sawah yang luas. Di sepanjang jalan, saya disuguhi pemandangan yang menawan: burung-burung berkicau riang, kupu-kupu beterbangan di antara bunga liar, dan semilir angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah yang basah dan harum.
Sesampainya di sawah, saya langsung disambut oleh pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Tanaman padi tampak subur dan hijau, bergoyang-goyang lembut tertiup angin. Pak Karto menjelaskan kepada saya bahwa padi yang ditanamnya adalah varietas unggul yang tahan hama dan penyakit, hasil dari pengembangan teknologi pertanian modern yang telah diadopsi oleh para petani di Batujai. Namun, ia tetap mempertahankan metode pertanian tradisional dalam beberapa hal, seperti penggunaan pupuk organik dan pengendalian hama secara alami.
Tugas pertama saya adalah membantu Pak Karto menyiangi rumput liar di antara tanaman padi. Awalnya, pekerjaan ini terlihat mudah, namun setelah beberapa saat, punggung saya mulai terasa pegal dan tangan saya mulai lelah. Menyiangi rumput liar membutuhkan ketelitian dan kesabaran, karena kita harus memastikan tidak merusak tanaman padi di sekitarnya. Pak Karto mengajari saya teknik menyiangi yang benar, agar efisien dan efektif. Ia menjelaskan bahwa rumput liar dapat menyerap nutrisi tanah yang seharusnya diserap oleh tanaman padi, sehingga perlu diatasi secara rutin.
Setelah menyiangi rumput liar, kami beralih ke kegiatan berikutnya: pemupukan. Pak Karto menggunakan pupuk organik yang dibuatnya sendiri dari kotoran ternak dan sisa-sisa tanaman. Ia menjelaskan bahwa pupuk organik lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah secara alami. Pemupukan dilakukan dengan hati-hati, agar pupuk dapat meresap ke dalam tanah dan memberikan nutrisi yang cukup bagi tanaman padi. Saya belajar bahwa pemupukan juga harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan tahap pertumbuhan tanaman padi.
Saat istirahat makan siang, Pak Karto mengajak saya untuk makan di sebuah saung kecil di tengah sawah. Kami menikmati nasi putih hangat, ikan asin, sayur lalap, dan sambal terasi—hidangan sederhana namun sangat lezat. Di tengah makan siang, kami berbincang-bincang tentang kehidupan di desa, tantangan yang dihadapi para petani, dan harapan mereka untuk masa depan. Pak Karto bercerita tentang perubahan iklim yang semakin ekstrem, yang berdampak pada hasil panen. Ia juga bercerita tentang kesulitan mendapatkan akses ke teknologi pertanian modern dan pasar yang menjamin harga jual yang layak.
Setelah makan siang, kami melanjutkan pekerjaan di sawah. Kali ini, kami melakukan penyiraman. Sistem irigasi di sawah Pak Karto masih tradisional, menggunakan saluran air yang dibangun secara manual. Kami membuka dan menutup pintu air agar air mengalir ke seluruh areal sawah secara merata. Penyiraman merupakan pekerjaan yang penting, karena tanaman padi membutuhkan air yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Kekurangan air dapat menyebabkan tanaman padi layu dan gagal panen, sementara kelebihan air dapat menyebabkan tanaman padi busuk.
Sore hari, menjelang matahari terbenam, pekerjaan di sawah selesai. Saya merasa lelah, namun juga puas. Saya telah belajar banyak tentang kehidupan seorang petani, mulai dari menanam, menyiangi, memupuk, hingga menyirami tanaman padi. Saya juga merasakan betapa kerasnya kerja keras para petani untuk menghasilkan makanan bagi masyarakat. Di balik sebutir nasi yang kita makan setiap hari, terdapat keringat dan perjuangan para petani yang tak kenal lelah.
Saat berjalan pulang bersama Pak Karto, saya melihat kembali hamparan sawah yang luas dan hijau. Matahari terbenam, langit berubah warna menjadi jingga dan ungu, menciptakan pemandangan yang sangat indah. Saya menyadari bahwa kehidupan di desa Batujai memiliki keindahan tersendiri, yang tak dapat ditemukan di kota-kota besar. Kehidupan yang sederhana, tenang, dan harmonis dengan alam.
Pengalaman menjadi petani sehari di Desa Batujai memberikan saya perspektif baru tentang pertanian dan kehidupan di pedesaan. Saya belajar tentang pentingnya menghargai hasil kerja keras para petani dan menjaga kelestarian lingkungan. Saya juga menyadari bahwa pertanian bukanlah sekadar pekerjaan, melainkan juga sebuah seni dan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Saya berharap pengalaman ini dapat menginspirasi orang lain untuk lebih menghargai para petani dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Lebih dari sekedar pengalaman fisik, menjadi petani sehari di Batujai juga memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran, keuletan, dan kerja keras. Setiap butir padi yang tumbuh di sawah merupakan hasil dari dedikasi dan perjuangan para petani. Mereka bekerja keras di bawah terik matahari, menghadapi berbagai tantangan, namun tetap gigih untuk menghasilkan makanan bagi masyarakat. Sikap pantang menyerah dan rasa syukur yang mereka miliki patut diacungi jempol.
Di akhir hari, saat saya berpamitan dengan Pak Karto, saya merasa telah mendapatkan lebih dari sekadar pengalaman. Saya membawa pulang kenangan indah, pelajaran berharga, dan rasa hormat yang mendalam terhadap para petani dan kehidupan di desa Batujai. Saya berharap suatu hari nanti, saya dapat kembali mengunjungi desa ini dan merasakan kembali keindahan dan kedamaiannya. Semoga kisah ini dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap pertanian dan para petani yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan bangsa. Semoga desa-desa seperti Batujai tetap lestari dan terus menghasilkan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa.