Home / Travel / Menjadi Petani Sehari Di Desa Batujai

Menjadi Petani Sehari Di Desa Batujai

Menjadi Petani Sehari Di Desa Batujai

Udara sejuk dan kicau burung pagi menjadi latar belakang kehidupan pedesaan yang sederhana namun kaya akan pengalaman. Keinginan untuk merasakan kehidupan seorang petani sehari mendorong saya untuk mengunjungi desa ini dan menghabiskan waktu bersama Pak Darman, seorang petani berpengalaman yang telah menggarap sawah turun-temurun. Pengalaman ini bukan sekadar wisata pertanian biasa, melainkan sebuah perjalanan mendalam untuk memahami kerja keras, kesabaran, dan keterikatan emosional yang terjalin antara petani dan tanahnya.

Pagi hari di Desa Batujai dimulai sebelum matahari terbit. Jam menunjukkan pukul 05.00 ketika saya sudah tiba di rumah Pak Darman, sebuah rumah panggung sederhana yang terbuat dari kayu dan bambu. Udara masih dingin, embun pagi masih menempel di dedaunan. Pak Darman, dengan tubuh tegap meskipun usia sudah senja, menyambut saya dengan senyum ramah. Wajahnya yang berkulit gelap terukir garis-garis yang menceritakan kisah panjang perjuangannya sebagai petani. Setelah minum kopi hangat yang diseduh dengan gula aren, petualangan saya sebagai petani sehari pun dimulai.

Pertama, Pak Darman mengajak saya ke sawah yang terletak tak jauh dari rumahnya. Perjalanan singkat menuju sawah menjadi kesempatan untuk mengamati kehidupan desa yang masih alami. Anak-anak berlarian menuju sekolah, ibu-ibu sibuk menyiapkan sarapan, dan beberapa warga sudah mulai beraktivitas di ladang mereka masing-masing. Suasana tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.

Menjadi Petani Sehari Di Desa Batujai

Sesampainya di sawah, saya langsung disambut oleh hamparan padi yang menghijau. Tanaman padi yang masih muda tampak subur dan menjanjikan panen yang melimpah. Pak Darman menjelaskan bahwa jenis padi yang ditanam adalah padi organik, tanpa menggunakan pupuk kimia. Ia menggunakan pupuk kompos yang dibuat sendiri dari sisa-sisa tanaman dan kotoran ternak. Ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menghasilkan padi yang sehat.

Tugas pertama saya adalah membantu Pak Darman menyiangi rumput liar di antara tanaman padi. Aktivitas ini terlihat sederhana, namun membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Saya harus membedakan antara rumput liar dan tanaman padi agar tidak merusak tanaman padi yang masih muda. Tangan saya yang terbiasa dengan pekerjaan kantoran terasa kaku dan pegal. Pak Darman dengan cekatan dan terampil mencabut rumput liar dengan tangannya yang sudah berpengalaman. Ia mengajari saya teknik mencabut rumput liar agar tidak merusak akar tanaman padi. Gerakannya begitu lincah dan efisien, menunjukkan keahlian yang diperoleh dari pengalaman bertahun-tahun.

Setelah beberapa jam menyiangi rumput liar, tubuh saya mulai terasa lelah. Namun, melihat semangat Pak Darman yang tak pernah surut, saya kembali bersemangat melanjutkan pekerjaan. Pak Darman menjelaskan bahwa menyiangi rumput liar merupakan pekerjaan yang sangat penting untuk memastikan pertumbuhan tanaman padi yang optimal. Rumput liar dapat menyerap nutrisi dan air yang dibutuhkan oleh tanaman padi, sehingga dapat mengurangi hasil panen.

Istirahat siang kami lalui dengan makan siang sederhana di pinggir sawah. Nasi putih hangat, ikan asin, dan sayur asem menjadi menu makan siang kami. Rasanya begitu nikmat, apalagi setelah berkeringat seharian bekerja di sawah. Di tengah makan siang, Pak Darman bercerita tentang kehidupan keluarganya, tantangan yang dihadapi sebagai petani, dan harapannya untuk masa depan. Ia menceritakan tentang turun-temurunnya keahlian bertani dalam keluarganya dan bagaimana ia mengajarkan keahlian tersebut kepada anak-anaknya. Ceritanya penuh dengan semangat dan cinta akan tanah kelahirannya.

Setelah makan siang, pekerjaan kami berlanjut. Kali ini, kami memeriksa kondisi tanaman padi dan memberikan pupuk organik. Pak Darman menjelaskan cara memberikan pupuk organik yang tepat agar tidak merusak akar tanaman padi. Ia juga menunjukkan bagaimana cara mengidentifikasi hama dan penyakit pada tanaman padi. Pengalaman ini membuka mata saya tentang betapa kompleksnya pekerjaan seorang petani. Bukan hanya sekadar menanam dan memanen, tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk merawat tanaman padi agar menghasilkan panen yang melimpah.

Sore hari, pekerjaan kami di sawah selesai. Tubuh saya terasa lelah, tetapi hati saya merasa puas. Saya telah merasakan secara langsung bagaimana sulitnya menjadi seorang petani. Saya telah belajar banyak hal dari Pak Darman, mulai dari teknik menanam padi, merawat tanaman padi, hingga mengatasi hama dan penyakit. Pengalaman ini mengajarkan saya tentang pentingnya menghargai hasil kerja keras para petani dan betapa pentingnya peran mereka dalam menyediakan pangan bagi masyarakat.

Sebelum kembali ke rumah, Pak Darman mengajak saya melihat saluran irigasi yang mengalirkan air ke sawah. Ia menjelaskan pentingnya menjaga kelestarian saluran irigasi agar air dapat mengalir dengan lancar ke sawah. Ia juga bercerita tentang tantangan yang dihadapi dalam menjaga kelestarian saluran irigasi, seperti kerusakan akibat hujan deras dan kurangnya perawatan. Ceritanya menunjukkan kepedulian Pak Darman terhadap lingkungan dan keberlanjutan pertanian.

Kembali ke rumah Pak Darman, saya merasa lelah namun bahagia. Lelah karena kerja keras seharian di sawah, tetapi bahagia karena telah mendapatkan pengalaman yang berharga. Saya telah belajar banyak hal dari Pak Darman, tidak hanya tentang teknik bertani, tetapi juga tentang kesabaran, keuletan, dan cinta terhadap tanah kelahiran. Pengalaman menjadi petani sehari di Desa Batujai telah mengubah perspektif saya tentang pekerjaan petani. Mereka bukanlah sekadar pekerja, tetapi juga penjaga lahan dan penentu ketahanan pangan.

Sepanjang hari, saya menyadari betapa pentingnya peran teknologi dan inovasi dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Meskipun Pak Darman menggunakan metode pertanian tradisional, ia tetap terbuka terhadap inovasi. Ia bercerita tentang penggunaan teknologi sederhana seperti alat penyemprot pestisida yang memudahkan pekerjaannya. Ini menunjukkan bahwa pertanian tradisional dan modern dapat berjalan beriringan. Pentingnya edukasi dan akses terhadap informasi pertanian modern bagi petani seperti Pak Darman juga menjadi hal yang saya sadari.

Sebagai penutup, pengalaman menjadi petani sehari di Desa Batujai adalah sebuah pembelajaran yang tak ternilai harganya. Saya telah merasakan secara langsung kerja keras, dedikasi, dan cinta seorang petani terhadap tanahnya. Saya juga belajar tentang pentingnya menghargai hasil kerja keras mereka dan peran penting mereka dalam menjaga ketahanan pangan. Semoga pengalaman ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menghargai profesi petani dan mendukung keberlanjutan pertanian di Indonesia. Desa Batujai, dengan keindahan alamnya dan keramahan penduduknya, akan selalu terukir dalam memori saya sebagai tempat di mana saya belajar tentang arti kerja keras, kesabaran, dan hasil yang berlimpah dari bumi yang subur. Semoga pertanian di Indonesia terus berkembang dan para petani selalu mendapatkan penghidupan yang layak atas jerih payah mereka.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *