Jika di beberapa tempat perayaan Maulid diramaikan dengan pembacaan shalawat, lantunan hadrah, dan hidangan khas, di Lombok, Nusa Tenggara Barat, terdapat tradisi unik yang menyatu dengan perayaan Maulid, yaitu tradisi Tabuik. Namun, perlu ditekankan di sini bahwa tradisi Tabuik di Lombok berbeda dengan tradisi Tabuik yang lebih dikenal di Sumatera Barat. Tradisi Tabuik di Lombok memiliki akar budaya dan konteks yang berbeda, meskipun keduanya sama-sama menggunakan replika kapal sebagai simbol utamanya. Tradisi Tabuik di Lombok lebih merupakan perwujudan syiar Islam yang dipadukan dengan kearifan lokal, sebuah harmonisasi antara ajaran agama dan budaya setempat yang telah terjalin berabad-abad.
Tradisi Tabuik di Lombok, khususnya di daerah-daerah seperti Praya, Pujut, dan Sekotong, tidak sekadar pertunjukan budaya semata. Ia merupakan manifestasi dari keimanan, penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW, serta ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Tabuik yang dibuat di Lombok bukanlah replika kapal yang besar dan megah seperti di Sumatera Barat. Bentuknya lebih sederhana, biasanya berupa miniatur kapal yang terbuat dari bambu, kayu, atau bahkan kertas karton, yang dihias dengan aneka warna dan ornamen. Ukurannya bervariasi, mulai dari yang sangat kecil hingga yang berukuran sedang, tergantung kreativitas dan kemampuan pembuatnya.
Proses pembuatan Tabuik melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif. Mulai dari pemilihan bahan baku, pembuatan kerangka, hingga proses dekorasi dan pewarnaan, semuanya dilakukan secara gotong royong. Hal ini menunjukkan semangat kebersamaan dan solidaritas sosial yang tinggi di tengah masyarakat Lombok. Proses pembuatan Tabuik ini juga menjadi ajang silaturahmi dan pembelajaran bagi generasi muda, sehingga tradisi ini dapat lestari dan diwariskan turun-temurun. Anak-anak muda diajarkan keterampilan membuat kerajinan, sekaligus menanamkan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan.
Dekorasi Tabuik di Lombok juga mencerminkan kekayaan budaya lokal. Warna-warna cerah dan motif-motif khas Lombok sering digunakan untuk memperindah Tabuik. Selain itu, Tabuik juga sering dihiasi dengan kaligrafi Arab, ayat-ayat suci Al-Quran, dan syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Semua elemen dekorasi ini menyatu secara harmonis, menciptakan karya seni yang indah dan sarat makna. Penggunaan warna-warna cerah melambangkan kegembiraan dan keceriaan dalam memperingati Maulid Nabi, sementara kaligrafi dan ayat-ayat suci memperkuat nuansa religiusnya.
Setelah Tabuik selesai dibuat, biasanya akan diarak keliling kampung. Arak-arakan Tabuik ini diiringi dengan lantunan shalawat, rebana, dan musik tradisional Lombok. Masyarakat setempat berpartisipasi dengan antusias, mengikuti arak-arakan sambil menyanyikan shalawat dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Suasana penuh kegembiraan dan khidmat menyelimuti perayaan ini, menunjukkan betapa pentingnya tradisi Tabuik bagi masyarakat Lombok. Arak-arakan ini tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda.
Uniknya, tradisi Tabuik di Lombok tidak selalu identik dengan ukuran besar dan proses pembuatan yang rumit. Di beberapa desa, pembuatan Tabuik lebih sederhana, disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi tradisi Tabuik terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Yang terpenting adalah makna dan spirit di balik pembuatan dan perayaan Tabuik, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah diarak, Tabuik biasanya akan disimpan di masjid atau di tempat-tempat yang dianggap suci. Ada juga tradisi di mana Tabuik diarak ke laut dan dihanyutkan sebagai simbol pelepasan segala hal negatif dan permohonan keselamatan. Tradisi ini menunjukkan kearifan lokal masyarakat Lombok yang memadukan unsur-unsur keagamaan dengan alam sekitar. Laut, sebagai sumber kehidupan, menjadi bagian integral dari perayaan Maulid dan tradisi Tabuik.
Perlu dicatat bahwa tradisi Tabuik di Lombok mengalami perkembangan dan adaptasi seiring berjalannya waktu. Namun, esensi dan makna utamanya tetap terjaga, yaitu sebagai simbol keimanan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Lombok sebagai warisan budaya yang berharga. Pemerintah daerah pun turut berperan aktif dalam mendukung pelestarian tradisi Tabuik, antara lain melalui pemberian pelatihan pembuatan Tabuik, fasilitasi kegiatan arak-arakan, serta promosi tradisi ini kepada wisatawan.
Keberadaan tradisi Tabuik di Lombok juga menunjukkan bagaimana Islam mampu beradaptasi dan berintegrasi dengan budaya lokal. Islam tidak datang sebagai agama yang menghilangkan budaya lokal, melainkan sebagai agama yang memperkaya dan menyempurnakan budaya tersebut. Tradisi Tabuik menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai Islam dapat diwujudkan dalam bentuk seni dan budaya yang unik dan bermakna.
Dalam konteks kekinian, tradisi Tabuik di Lombok juga menghadapi tantangan, seperti modernisasi dan globalisasi. Namun, dengan kesadaran dan upaya masyarakat serta pemerintah daerah, tradisi ini diharapkan dapat tetap lestari dan menjadi bagian integral dari identitas budaya Lombok. Generasi muda perlu terus dilibatkan dalam pelestarian tradisi Tabuik agar warisan budaya ini dapat terus diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Pendidikan dan pemahaman yang mendalam tentang makna dan filosofi tradisi Tabuik juga sangat penting. Dengan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, generasi muda akan lebih menghargai dan melestarikan tradisi ini. Selain itu, perlu adanya dokumentasi yang sistematis tentang tradisi Tabuik di Lombok, termasuk sejarah, proses pembuatan, dan makna simbolisnya. Dokumentasi ini akan menjadi referensi penting bagi generasi mendatang dan dapat digunakan untuk mempromosikan tradisi Tabuik kepada khalayak yang lebih luas.
Kesimpulannya, tradisi Tabuik di Lombok merupakan perpaduan unik antara syiar Islam dan kearifan lokal. Ia bukan sekadar perayaan Maulid biasa, melainkan sebuah manifestasi keimanan, penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, dan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Tradisi ini juga mencerminkan semangat kebersamaan, solidaritas sosial, dan kreativitas masyarakat Lombok. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi Tabuik, kita turut menjaga warisan budaya bangsa yang berharga dan memperkaya khazanah budaya Indonesia. Semoga tradisi Tabuik di Lombok tetap lestari dan terus menginspirasi generasi mendatang untuk menjaga nilai-nilai agama dan budaya yang luhur.