Home / Travel / Sehari Bersama Petani Kopi Di Lereng Rinjani

Sehari Bersama Petani Kopi Di Lereng Rinjani

Sehari Bersama Petani Kopi Di Lereng Rinjani

Kabut tipis masih menyelimuti lereng-lereng hijau yang terhampar luas, memberikan kesan misterius namun menawan. Tujuan kami hari ini: mengalami langsung kehidupan sehari-hari seorang petani kopi di wilayah yang terkenal dengan keindahan alamnya dan kopi Arabica berkualitas tinggi. Kami akan menghabiskan satu hari bersama Pak Made, seorang petani kopi yang telah menggarap lahannya selama lebih dari tiga dekade.

Perjalanan menuju kebun kopi Pak Made dimulai dengan perjalanan menanjak yang cukup menantang. Jalan setapak yang berbatu dan terjal, terkadang licin karena embun pagi, memaksa kami untuk melangkah perlahan. Namun, pemandangan yang tersaji di sepanjang perjalanan membayar lunas rasa lelah kami. Pohon-pohon kopi yang rimbun, diselingi oleh pepohonan lain yang khas hutan tropis, menciptakan panorama hijau yang menyejukkan mata. Sesekali, suara kicau burung dan gemericik air sungai kecil menambah keindahan alam sekitar.

Setelah perjalanan sekitar satu jam, kami akhirnya tiba di kebun kopi Pak Made. Luasnya tak sebesar perkebunan kopi modern, namun terawat dengan baik. Pohon-pohon kopi tumbuh subur di antara naungan pohon-pohon pelindung, sebuah teknik pertanian tradisional yang menjaga keseimbangan ekosistem dan kualitas biji kopi. Pak Made menyambut kami dengan senyum ramah, wajahnya yang terbakar sinar matahari menunjukkan betapa kerasnya ia bekerja di bawah terik mentari.

Sehari Bersama Petani Kopi Di Lereng Rinjani

"Selamat datang di kebun saya," sapa Pak Made dengan logat Lombok yang khas. "Semoga perjalanan kalian menyenangkan."

Hari itu, kami diajak untuk terlibat langsung dalam berbagai aktivitas yang dilakukan Pak Made. Aktivitas pertama adalah memanen biji kopi. Pak Made menunjukkan cara membedakan biji kopi yang sudah matang dan siap panen. Biji kopi yang matang memiliki warna merah cerah, sementara yang belum matang masih berwarna hijau. Proses pemetikan biji kopi ternyata membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Kami harus memetik satu per satu biji kopi yang sudah matang dengan hati-hati agar tidak merusak ranting dan buah yang masih muda.

"Memanen kopi itu butuh ketelatenan," jelas Pak Made sambil menunjukkan cara memetik biji kopi dengan lembut. "Kalau salah petik, bisa merusak pohon dan mengurangi hasil panen di masa mendatang."

Setelah beberapa jam memetik biji kopi, kami pun beristirahat sejenak. Pak Made menyuguhkan minuman kopi tubruk yang baru saja ia seduh. Aroma kopi yang harum dan rasa yang kaya akan cita rasa langsung membangkitkan semangat kami. Kopi dari lereng Rinjani memang berbeda, rasanya lebih kompleks dan memiliki aroma yang khas, sebuah perpaduan antara tanah vulkanik yang subur dan iklim pegunungan yang sejuk.

Setelah beristirahat, kami diajak untuk melihat proses pengolahan biji kopi selanjutnya. Pak Made menjelaskan bahwa biji kopi yang telah dipetik akan melalui beberapa tahapan pengolahan, mulai dari pengupasan kulit buah, fermentasi, penjemuran, hingga penggilingan. Proses pengolahan ini dilakukan secara tradisional, menggunakan alat-alat sederhana yang terbuat dari bahan-bahan alami. Pak Made menunjukkan proses pengupasan kulit buah kopi menggunakan alat sederhana yang ia buat sendiri. Proses ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran agar biji kopi tidak rusak.

"Proses pengolahan kopi ini cukup panjang dan melelahkan," kata Pak Made. "Tapi, rasa lelah itu terbayar lunas ketika melihat hasil panen yang berkualitas."

Proses penjemuran biji kopi juga menarik perhatian kami. Biji kopi yang sudah dikupas dijemur di atas terpal yang bersih, terpapar sinar matahari secara langsung. Pak Made menjelaskan bahwa proses penjemuran ini sangat penting untuk mengurangi kadar air dalam biji kopi dan menjaga kualitasnya. Proses penjemuran ini juga membutuhkan ketelitian, karena biji kopi harus dibolak-balik secara teratur agar kering merata.

Sore hari, setelah semua proses pengolahan selesai, kami diajak Pak Made untuk menikmati pemandangan matahari terbenam dari puncak bukit di dekat kebunnya. Pemandangan matahari terbenam di balik Gunung Rinjani sungguh spektakuler. Warna-warna langit yang indah, dipadu dengan hijaunya lereng gunung dan semilir angin sejuk, menciptakan suasana yang damai dan menenangkan. Di saat itulah kami benar-benar merasakan kedamaian dan keindahan alam yang tercipta di lereng Rinjani.

Sehari bersama Pak Made memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Kami tidak hanya belajar tentang proses budidaya kopi, tetapi juga tentang kerja keras, kesabaran, dan dedikasi seorang petani kopi dalam menghasilkan produk berkualitas. Kami juga belajar tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Kopi yang kami nikmati bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga cerminan dari jerih payah dan dedikasi Pak Made dan petani kopi lainnya di lereng Rinjani.

Aroma kopi yang harum, rasa yang kaya, dan pemandangan yang indah di lereng Rinjani akan selalu terukir dalam ingatan kami. Lebih dari sekedar kenangan, pengalaman ini memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap setiap cangkir kopi yang kami minum. Setiap tegukan kopi adalah penghargaan terhadap kerja keras petani dan keindahan alam yang telah menciptakannya. Semoga kopi Arabica dari lereng Rinjani terus dinikmati dan keberadaannya terus lestari, bersama dengan para petani yang gigih mengolahnya. Semoga kisah Pak Made dan kebun kopinya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menjaga kelestarian alam dan menghargai hasil kerja keras para petani. Karena di balik setiap cangkir kopi, tersimpan cerita panjang tentang jerih payah dan keindahan alam yang luar biasa. Dan di lereng Rinjani, cerita itu begitu nyata dan terasa.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *